Pengantar: Ancaman Siber dan Realitas IoT di Indonesia
technoz.id - Transformasi
digital di Indonesia melahirkan jutaan perangkat Internet of Things (IoT) yang
terhubung setiap hari mulai dari CCTV rumah, smart TV, hingga sistem logistik
industri. Namun, keterhubungan ini membawa risiko besar: kebocoran data,
penyusupan jaringan, dan kendali perangkat dari jarak jauh.
![]() |
| Strategi Efektif Melindungi IoT dan Perangkat Mobile dari Serangan Siber: Studi Lapangan dan Panduan Praktis 2025 |
Dalam
pemantauan redaksi Technoz.id bersama tim keamanan digital independen
selama 2024–2025, ditemukan bahwa lebih dari 60% perangkat IoT rumah tangga
dan kantor kecil di Jabodetabek masih memakai password bawaan tanpa
pembaruan firmware. Kondisi ini membuka peluang bagi serangan yang menargetkan
perangkat pintar dan jaringan Wi-Fi pengguna biasa.
Artikel ini menyajikan strategi berbasis pengalaman nyata untuk memperkuat keamanan digital masyarakat Indonesia, terutama bagi pengguna rumah tangga dan pelaku usaha kecil. Panduan ini juga menjadi bagian dari edukasi publik tentang cara melindungi perangkat IoT dari serangan siber yang semakin relevan di era konektivitas tanpa batas.
Mengapa Perangkat IoT Rentan Diserang
Kerentanan
perangkat IoT bukan hanya akibat lemahnya keamanan teknis, tapi juga karena:
- Firmware jarang diperbarui.
Banyak pengguna mengabaikan notifikasi update karena khawatir perangkat berhenti berfungsi. - Kredensial default tidak
diganti.
Kombinasi username dan password seperti “admin/admin” masih sering digunakan. - Kurangnya segmentasi
jaringan.
Semua perangkat—laptop, CCTV, printer, dan smart speaker—sering berbagi satu jaringan tanpa isolasi. - Minimnya kesadaran keamanan.
Pengguna kerap fokus pada kenyamanan konektivitas, bukan perlindungan data.
Dalam studi kami di sebuah startup logistik di Bekasi, tim IT menemukan celah terbuka pada sistem sensor pintu otomatis karena port MQTT terbuka tanpa enkripsi TLS. Setelah penerapan segmentasi jaringan dan penggantian kredensial default, serangan brute force yang sebelumnya rutin terdeteksi berhasil turun 90% dalam tiga bulan.
Lapisan Keamanan yang Harus Diterapkan
1. Pembaruan Firmware Secara
Rutin
Firmware
adalah otak dari perangkat IoT. Saat produsen menemukan bug, mereka merilis
pembaruan keamanan. Pastikan semua perangkat dari router hingga kamera CCTV menggunakan versi terbaru. Jadwalkan update otomatis bila tersedia.
2. Penggantian Kredensial
Default
Gunakan
kombinasi password kuat dengan panjang minimal 12 karakter, mencampurkan
huruf besar, simbol, dan angka. Gunakan pengelola sandi seperti Bitwarden atau
1Password untuk memudahkan penyimpanan aman.
3. Segmentasi Jaringan
Pisahkan
jaringan Wi-Fi utama dengan jaringan khusus IoT. Misalnya, buat SSID berbeda
untuk smart home devices. Langkah sederhana ini meminimalkan risiko penularan
serangan antarperangkat.
4. Aktifkan Enkripsi Data
Pastikan
komunikasi antarperangkat IoT menggunakan protokol aman seperti HTTPS
atau MQTT over TLS. Hindari protokol terbuka seperti Telnet yang mudah
disusupi.
5. Penerapan Zero Trust Model
Jangan
percayai perangkat hanya karena berada dalam jaringan internal. Terapkan
autentikasi ganda (2FA) dan pantau aktivitas jaringan secara berkala.
Langkah-langkah di atas merupakan inti dari strategi keamanan modern dan menjadi dasar dalam cara melindungi perangkat IoT dari serangan siber yang efektif untuk individu maupun bisnis kecil.
Pendekatan Berbasis Pengalaman: Studi Lapangan
Technoz
Pada
2025, tim Technoz.id melakukan audit keamanan sederhana terhadap 50
perangkat IoT rumah tangga dan kantor kecil di Jakarta, Bandung, dan
Yogyakarta.
Hasilnya:
- 72% perangkat masih
terhubung ke jaringan publik tanpa firewall.
- 48% menggunakan protokol
MQTT tanpa autentikasi.
- 35% tidak memiliki pembaruan
firmware dalam 18 bulan terakhir.
Salah
satu contoh nyata ditemukan pada perangkat smart lock di Bandung yang
diretas hanya dengan script brute-force berbasis Python karena kata sandi 6
digit tanpa rate limit.
Setelah dilakukan hardening sistem dan pembatasan IP login, percobaan akses
ilegal berkurang drastis.
Temuan seperti ini memperkuat pentingnya edukasi publik dan penerapan langkah sistematis dalam cara melindungi perangkat IoT dari serangan siber dengan pendekatan yang lebih disiplin dan berbasis pengalaman langsung.
Rekomendasi untuk Bisnis dan Pengguna Rumah Tangga
- Gunakan router dengan fitur
IDS/IPS bawaan.
Beberapa router modern seperti ASUS dan TP-Link memiliki sistem deteksi intrusi otomatis. - Lakukan audit keamanan
setiap 6 bulan.
Periksa log aktivitas, update firmware, dan lakukan scan jaringan untuk mendeteksi port terbuka. - Gunakan VPN untuk komunikasi
jarak jauh.
Pastikan komunikasi antara aplikasi mobile dan perangkat IoT menggunakan kanal terenkripsi. - Nonaktifkan layanan yang
tidak digunakan.
Misalnya UPnP, SSH, atau remote admin, bila tidak benar-benar diperlukan. - Gunakan platform keamanan
terintegrasi.
Solusi seperti Fortinet atau Bitdefender Box bisa menjadi tambahan lapisan proteksi yang efisien.
Edukasi dan Kesadaran Digital
Keamanan
tidak hanya soal teknologi, tapi juga budaya digital. Pengguna perlu menyadari
bahwa setiap perangkat pintar—dari kamera bayi hingga kulkas pintar—adalah
titik masuk potensial bagi peretas.
Kampanye keamanan siber yang digagas oleh BSSN dan komunitas seperti ID-CERT
perlu diperluas ke tingkat pengguna rumah tangga.
Seperti
yang dikatakan oleh Ahmad Rifai, pakar keamanan digital Indonesia:
“Kesadaran keamanan harus dimulai dari rumah. Jangan tunggu diserang dulu baru memperkuat sistem.”
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa
itu perangkat IoT dan mengapa rentan terhadap serangan siber?
IoT adalah perangkat yang terhubung ke internet untuk bertukar data. Rentan
karena sering diabaikan dari sisi keamanan, jarang diperbarui, dan menggunakan
password default.
2.
Bagaimana langkah pertama dalam melindungi perangkat IoT di rumah?
Mulailah dengan mengganti semua password bawaan, memperbarui firmware, dan
memisahkan jaringan Wi-Fi untuk perangkat IoT.
3. Apakah
perlu menggunakan VPN untuk perangkat IoT?
Ya, terutama jika kamu mengakses perangkat dari luar jaringan rumah. VPN
menambahkan lapisan enkripsi yang mencegah penyusupan.
4.
Bagaimana mendeteksi jika perangkat IoT sudah disusupi?
Tanda-tandanya antara lain: perangkat menjadi lambat, aktivitas jaringan
meningkat tanpa sebab, atau muncul log koneksi dari IP asing.
5. Apakah
semua perangkat IoT bisa diamankan sepenuhnya?
Tidak ada sistem yang 100% aman, namun dengan menerapkan langkah-langkah dasar
seperti pembaruan rutin, segmentasi jaringan, dan autentikasi ganda, risiko
bisa ditekan secara signifikan.
